Friday, May 25, 2007

Kuningan dan Keindahan Alamnya

Oleh Dr.ROCHAYAT HARUN M.Ed.

KABUPATEN Kuningan Provinsi Jawa Barat mempunyai luas wilayah 117.857,55 hektar, yang terbagi dalam 361 desa serta 15 kelurahan. Jumlah penduduknya 1.061.291 jiwa. Kabupaten Kuningan terletak di kaki Gunung Ciremai, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dengan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten Ciamis, serta sebelah barat dengan Kabupaten Majalengka.
WANA Wisata Talaga Remis di Desa Kaduela Kec. Mandirancan Kab. Kuningan yang sepi pengunjung. Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang kaya dengan objek wisatanya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan telah memiliki visi Sektor Pariwisata Menjadi Andalan Perekonomian Daerah Berdasarkan Sumber Daya Alam dan Budaya yang Lestari dan Agamis Tahun 2008.*AKIM/"PR"


Daerah Kabupaten Kuningan terdiri dari: perbukitan, lereng, lembah, daratan yang indah, berudara sejuk dengan temperatur 18-30 derajat celsius, kaya dengan objek dan daya tarik wisata yang alami dan menyegarkan (natural and fresh tourism objects), serta didukung oleh kesenian daerah yang beraneka ragam (various unique traditional art).

Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mundel (kaya) dengan objek wisatanya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan telah memiliki visi Sektor Pariwisata Menjadi Andalan Perekonomian Daerah Berdasarkan Sumber Daya Alam dan Budaya yang Lestari dan Agamis Tahun 2008. Misi pertamanya adalah Menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai Daerah Tujuan Wisata Regional Jawa Barat.

Kuningan memiliki 18 objek wisata yang tersebar di beberapa desa, yang terdiri dari wisata budaya, alam, olah raga, agama dan lain-lain. Salah satu di antaranya adalah situs purbakala Cipari yang terletak di Kelurahan Cipari kecamatan Cigugur. Jarak dari Kuningan 4,7 km.

Situs ini ditemukan tahun 1972, berupa kuburan batu. Ditemukan pula perkakas batu, gerabah, perunggu, bekas-bekas pondasi bangunan dan bangunan batu besar yang disebut meganit. Hasil penelitian menunjukkan situs Cipari mengalami dua kali permukiman pada akhir neolitik berkisar antara tahun 1.000 SM (sebelum masehi) sampai dengan 500 M (masehi). Pada waktu itu masyarakat sudah mengenal organisasi dan pemujaan terhadap nenek moyang.

Objek wisata lain adalah Puncak Gunung Ciremai yang memiliki pemandangan indah. Ini merupakan salah satu objek wisata alam yang kini banyak dikunjungi wisatawan terutama wisatawan domestik (wisdom) atau lokal, yaitu anak-anak muda maupun anak-anak sekolah pada waktu liburan panjang. Pendakian ke Gunung Ciremai dilakukan melalui 2 jalur pendakian yaitu pertama dari arah Linggarjati. Kedua dari arah Curug Ciputri daerah Palintungan Kuningan. Sungguh suatu panorama pemandangan alam yang menakjubkan bila kita lihat dari puncak Gunung Ceremai

Melewati pedesaan Linggarjati kita bisa singgah di gedung bersejarah "Gedung Perundingan Linggarjati" yang merupakan monumen saksi hidup akan perjoangan bangsa Indonesia. Bangunan ini terletak di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus di kaki Gunung Ciremai bagian tenggara. Jarak dari Kota Kuningan kurang lebih 14 km daerah utara. Atau 26 km dari kota Cirebon kearah selatan.

Tanggal 11 s.d. 15 November 1946 gedung Linggarjati pernah digunakan sebagai tempat perundingan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda yang diwakili oleh Dr. Van Boer. Sedangkan dari pihak Indonesia diwakili oleh PM. Sutan Syahrir dengan anggota A.K.Ghani Soesanto Tirtodiprodjo dan Mr. Mohammad Roem. Sebagai penengahnya adalah Lord Killearn dari kerajaan Inggris. Dengan demikian, Linggarjati adalah objek wisata sejarah yang tidak bisa kita lewatkan begitu saja apabila kita berkunjung ke kabupaten Kuningan.

Objek wisata lain adalah agrowisata, yaitu panorama pemandangan persawahan dan perbukitan yang indah, serta diselingi kelompokan rumah-rumah tradisional petani dipedesaan yang cukup memesona dan unik. Tentunya terutama bagi wisatawan mancanegara (wisman). Saya kira tidak akan kalah dengan agrowisata sawah di Thailand, maupun objek wisata alam Niagara Fall dan Grand Canyon di AS.

Demikian pula industri-industri tradisional yang mengolah beberapa produk petanian (selain padi) yang terkenal dari Kuningan antara lain tape beras ketan (peuyeum) Cijoho, bawang goreng Garawangi, tepung ubi jalar (boled), serta jeniper singkatan dari jeruk nipis peras, minuman segar khas kabupaten Kuningan. Semua olahan produk pertanian tersebut, diberitakan telah benar-benar go public bahkan go international, diekspor ke luar negeri.

Beberapa contoh objek wisata di atas, hanyalah sebagian saja dari 18 objek wisata yang berada di Kabupaten Kuningan. Kiranya Kabupaten Kuningan memiliki banyak objek wisata yang cukup menarik dan potensial untuk dipasarkan. Sayang sekali, objek-objek wisata di kabupaten Kuningan belum tertata dan dikembangkan secara baik yang memiliki standar kepariwisataan. Jumlahnya pun masih belum pasti. Informasi dari Disbudpar Jabar, Kabupaten Kuningan memiliki 11 objek wisata. Padahal ternyata memiliki lebih dari 18 objek wisata.

Sama halnya dengan kabupaten lain di Jawa Barat, dalam membina dan mengembangkan kepariwisataan, kabupaten Kuningan memang menghadapi berbagai kendala, antara lain kurangnya anggaran baik untuk penggalian, renovasi, pemeliharaan serta honor petugas yang memang sangat minim. Demikian pula tidak adanya standardisasi ODTW (objek dan daya tarik wisata), yang merupakan parameter atau ukuran, baik tidaknya suatu objek wisata.

Dr. Herman Bahar, pakar Pariwisata dari STPB, mengakui bahwa memang di Indonesia belum ada standar ODTW, baik di tingkat nasional maupun provinsi sehingga agak sulit untuk menilai apakah sebuah ODTW di suatu kabupaten sudah terstandardisasi ataukah belum. Herman Bahar menyarankan, sebaiknya provinsi harus sudah memiliki standar ODTW yang berdasarkan data empiris maupun teoretis. Adanya standardisasi ODTW diharapkan menjadi rambu-rambu bagi pengembangan kepariwisataan di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Sebetulnya Kabupaten Tasikmalaya sudah memiliki standar ODTW. Tertuang dalam Renstra Kabupaten. Itu pun belum seluruh persyaratan (parameter) menurut ukuran internasional. Namun bagaimanapun Tasikmalaya telah mempunyai standar ODTW kabupaten antara lain seperti tersedianya pintu masuk dan ticket box, memiliki MCK yang memadai, serta pelayanan terhadap pengunjung objek wisata.

Dari uraian pencermatan objek wisata di Kabupaten Kuningan di atas, ada beberapa catatan kecil untuk menjadikan pemikiran kita bersama, antara lain:

Pertama, hingga saat ini Indonesia belum berhasil mengembangkan produk-produk pariwisata berskala luas yang diadaptasikan pada permintaan potensial maupun penciptaan citra tujuan beragam pariwisata. Meskipun pariwisata dalam negeri terkadang dipertimbangkan di dalam penetapan kebijakan dan program, tetapi tidak dipertim-bangkan di dalam eratnya pariwisata internasional.

Kedua, kondisi manajemen pengembangan pariwisata institusional memiliki kelemahan koordinasi beragam pelaku dan level kualifikasi stafnya. Kelemahan profesionalisme para pejabat pemerintah khususnya tingkat daerah (dekonsentrasi dan desentralisasi) sebagian disebabkan kesukaran mengatasi perubahan pesat industri pariwisata, baik pada level nasional maupun internasional.

Ketiga, berbagai keterbatasan dalam pembangunan dan perencanaan produk wisata masih terjadi disebabkan hubungan pemerintah-swasta secara sinergis belum terwujud. Kemandirian swasta harus dapat terwujud tanpa terpengaruh oleh keutuhan yang bersifat unity.***

No comments: