Friday, April 4, 2008

Kawin Cai, Pernikahannya Air

Warga Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat punya cara khusus untuk menghargai air sebagai sumber kehidupan. Yakni melalui ritual tahunan kawin cai.

Inti ritual ini mengawinkan air dari 7 sumur mata air Cibulan dengan mata air Balon Dhalem Tirtayatra yang berjarak sekitar 5 kilometer. 7 sumur di mata air Cibulan dilambangkan sebagai pengantin laki-laki. Sementara mata air Balon Dhalem disimbulkan sebagai mempelai perempuan.

Sebelum pengambilan air di 7 sumur keramat, dilakukan dulu pembacaan doa di depan petilasan Prabu Siliwangi agar acara kawin cai berjalan lancar.

Satu persatu para sesepuh Desa Manis Kidul mengambil air dari 7 sumur keramat. Masing-masing sumur punya nama khusus, seperti sumber kejayaan, kemuliaan, pengabulan, deranjana, cisadane, kemudahan dan sumur keselamatan.

Konon ke 7 sumur itu merupakan peninggalan Prabu Siliwangi usai bertapa meminta air kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagi warga sekitar, air dari 7 sumur ini mengandung berkah dan dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit.

Di kolam pemandian Cibulan yang kini jadi tempat wisata ini juga terdapat ikan dengan spesis khusus yakni ikan Kancra Bodas yang dikeramatkan warga. Ikan yang bernama latin Cyprinus carpio ini disebut pula sebagai ikan dewa.

Usai penyatuan 7 air sumur keramat, biasanya hujan langsung turun. Percaya atau tidak, sekitar satu menit kemudian hujan mulai membasahi bumi.

Tapi prosesi kawain cai belum selesai. Air 7 sumur diarak ke mata air Balon Dhalem di Desa Babakan Mulia. Bak menyambut mempelai pria, upacara dan tarian khusus digelar.

Acara puncak ritual kawin cai pun tiba. Air dari 7 sumur keramat Cibulan ditumpahkan ke sumber mata air Balon Dhalem Tirtayata. Perkawinan yang disimbulkan dengan penyatuan mata air dari dua desa tersebut merupakan perwujudan doa dan harapan warga agar air tetap mengalir deras.

Bukan hanya itu aparat desa yang mengurusi masalah air turut dimandikan. Diiringi harapan mereka bisa melaksanakan tugas pengaturan air dengan baik. Selanjutnya yang tak kalah seru, ketika warga berebut sisa air keramat tersebut.

Upaya menjaga sumber mata air ini juga ditandai dengan penanaman pohon. Sejatinya, tradisi kawin cai ini adalah salah satu bentuk apresiasi warga Kuningan, Jawa Barat dalam melestarikan lingkungan. Sambil syukuran makan bersama usai prosesi kawin cai, ada harapan warga dijauhkan dari bencana kekeringan. (Helmi Azahari/Sup)